Kamis, 01 Juni 2017

REDUKSIONISME SAINS DAN SIKAP ILMIAH

REDUKSIONISME SAINS DAN SIKAP ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 

Kebenaran sains yang selalu berubah rubah dari satu kurun pada kurun yang lain menjadikan para ilmuwan harus terus berupaya mengkaji tiada henti. Untuk mengkaji dan memahami hakikat dari alam ini membutuhkan waktu yang sangat banyak dan panjang dan juga butuh spesialisasi untuk menemukan hakikat alam itu sendiri. Revolusi sains ini tidak lain untuk memperoleh sains normal yang baru serta diterima oleh semua lapisan masyarakat.

B. RumusanMasalah
1. Apa pengertian dari reduksionisme sains ?
2. Apa sajakah jenis reduksionisme sains ?
3. Bagaimanakah latar belakang reduksionisme sains ?
4. Apa sajakah struktur reduksionisme ?
5. Bagaimanakah kritik terhadap reduksionisme sains?
6. Bagaimanakah sikap ilmiah itu?

BAB II PEMBAHASAN 

A. Pengertian Reduksionisme Sains
Reduksi berasal dari bahasa latin reducere artinya secara harfiah berarti 'membawa kembali sedangkan dalam bahasa inggris berasal dari kata reduce artinya mengurangi. Reduksionisme adalah sutau pendekatan untuk memahami sifat dasar hal hal komplek dengan menyederhanakan ke dalam interaksi dari bagian bagiannya, atau membuat suatu hal menjadi lebih sederhana atau mendasar. Sedangkan sains adalah pengetahuan yang sistematis yang diperoleh dari uji coba yang mengarah pada pengetahuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan dipelajari. Maka reduksionisme sains merupakan sebuah teori guna memahami dasa dasar bagian yang komplek menjadi sesutau yang lebih komplek dan sederhana. Penyederhanaan itu diaplikasikan pada objek, fenomena, dan penjelasan. Ada juga yang mengartikan Reduksionisme adalah suatu kebiasaan untuk memandang sebuah bagian utuh dari sebuah objek dengan meneliti bagian-bagiannya, contohnya kita meneliti sebuah mesin, kita akan meneliti bagian bagiannya seperti roda, mesin, generator dan lain sebagainya, kemudian setelah meneliti yang paling fundamental adalah gerakan generator karena itu fungsi gerak generator mewakili dan dianggap paling berperan bagi keseluruhan mesin. Sebuah sistem kompleks direduksi menjadi kerja bagian-bagiannya. Contoh lain adalah kerja kesadaran direduksi menjadi sekedar kerja dari otak karena itu harus diselidiki oleh neurophysiologists.

B. Jenis Reduksionisme
1. Reduksionisme teoritis Reduksi teoritis merupakan proses dimana sebuah teori menyerap teori lainnya, misalnya hukum kepler tentang gerak planet dan teori galelio tentang gerak pada benda terrestrial, keduanya direkduksi menjadi teori newton tentang mikanika, karena semua kemampuan yang menjelaskan teori lama terkandung dalam teori yang terakhir. Selanjutnya, reduksi dianggap sebagai teori yang lebih bermanfaat karena teori mekanik newton adalah teori yang lebih umum, teori ini menjelaskan lebih banyak kejadian dibandingkan dengan teori kepler dan galelio, oleh karena itu, teori reduksionisme merupakan reduksi dari sebuah penjelasan atau teori terhadap teori lain, itulah yang dimaksud dengan penyerapan dari suatu ide mengenai hal-hal khusus menjadi ide lain. 

2. Reduksionisme metodelogis Reduksionisme metodelogis adalah sebuah posisi yang merupakan strategi ilmiah dalam upaya untuk menyederhanakan penjalasan menjadi entitas terkecil yang mungkin. Jadi, reduksionisme mitodelogis akan bergetuh bahwa penjelasan antomi, dari titik didih suatu zat lebih baik dari penjelasan ilmiah dan bahwa sebuah penjelasan pentang partikel yang bahkan lebih kecil akan menjadi penjelasan yang lebih baik sekalipun, oleh karena itu Reduksionisme mitodelogis adalah posisi yang menyatakan bahwa semua teori-teori ilmiah dapat dan harus di reduksi menjadi teori super tunggal melalui proses reduksi teoritis 3. Reduksionisme Ontologis Reduksionisme ontologis adalah keyakinan bahwa realita terdiri dari jumlah minimum dari beberapa jenis entitas atau substansi. Penjelasan ini umumnya bersifat metafisika dan merupakan bentuk paling umum dari monisme, dalam pengaruh klaim semua obyek, ciri-ciri dan kejadian dapat direduksi menjadi sebuah substansi tunggal. (Seorang dualis yang merupakan seorang reduksionis ontologis percaya bahwa segala sesuatu dapat direduksi menjadi 2 substansi–sebagai contoh, seorang dualis dapat mengklaim bahwa realita tersusun dari “unsur” dan “jiwa”. Nancey Murphy telah mengklaim bahwa ada 2 macam reduksionisme ontologis: jenis pertama adalah yang menyangkal bahwa keseluruhan adalah sesuatu yang lebih daripada bagian-bagiannya; kedua, tesis yang lebih kuat dari reduksionisme atomis bahwa keseluruhan tidak “benar-benar nyata”. Dia mengakui bahwa frase “benar-benar nyata” tampaknya tidak masuk akal tetapi walaupun demikian dia telah mencoba untuk menjelaskan perbedaan di antara keduanya yang dianggap benar. 

C. Latar Belakang Reduksionisme Sains. 
Ide reduksi sebenarnya sudah bermula sejak lama. Ide ini kemudian dinyatakan secara formal oleh filsuf Rene Descartes. Rene Descartes menyatakan bahwa alam semesta ini terdiri dari bagian-bagian, dan untuk memahami alam semesta harus lebih dahulu memahami bagian-bagiannya sebelum memahami seluruhnya. Sebenarnya definisi mengenai Reduksionisme ada beberapa di tiap bidang. Definisi Reduksionisme di atas sebenarnya dekat ke Metodologi Reduksionisme. Metodologi Reduksionisme berpendapat bahwa strategi yang terbaik dalam sebuah penelitian ilmiah adalah menjelaskannya dari hal yang terkecil. Dalam reduksionisme ini menganggap materi dan dunia sebagai dasar dari semua bentuk eksistensi yang direalisasikan dalam objek objek yang terpisah yang dirakit menjadi sebuah mesin raksasa. Dalam reduksionisme ini ada makna yang hilang karena keseluruhan lebih besar dari jumlah beberapa komponen komponennya, hal ini dimulai ketika para ilmuwan menyelidiki materi lebih jauh ke objek atom atau sub atom. Landasan fisika klasik ternyata tidak sanggup menjawab fenomena atom dan sub atom yang penuh ketidak pastian. Dengan demikian, muncullah beberapa subjek relativitas dan quantum dalam ilmu fisika modern yang tidak dapat dijelaskan dengan paradigm lama ilmu fisika. Penelitian tentang subatom dan atom yang lebih seksama menunjukan bahwa partikel-partikel subatom tidak mempunyai makna sebagai entitas yang terpisah. Akan tetapi semua itu bisa dipahami hanya sebagai interkoneksi atau korelasi. 

D. Struktur Reduksionisme Sains
The Structure of Scientific Revolutions”, tidak sedikit mengubah persepsi orang tentang science. Jika sebagian orang mengatakan bahwa ilmu bersifat linier-akumulatif, dalam pandangan Kuhn ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal yang kemudian usang “membusuk” karena digantikan oleh ilmu atau pandangan baru. Menurut Kuhn, ilmu berkembang melalui siklus; masa normal -> masa krisis -> revolusi ilmiah -> masa normal -> masa krisis -> revolusi ilmiah -> --------dst. Pertama, Masa Normal Suatu paradigma yang terdiri dari asumsi-asumsi teoritis yang umum dari hukum-hukum serta teknik-teknik agar penerapanya diterima oleh para masyarakat ilmiah. Kedua, Masa Krisis Dalam masa normal, seringkali ada permasalahan yang tidak terselesaikan dan banyak diantaranya amat penting menurut asumsi ilmuwan. Yang pada akhirnya akan muncul keganjilan, ketidak sepakatan dan penyimpangan dari hal-hal yang biasa. Karena adanya krisis, suatu masyarakat ilmiah akan berusaha menyelesaikan krisis tersebut, hal inilah yang disebut proses sains luar biasa. Pada proses sains luar biasa ini, masyarakat ilmiah akan dihadapkan pada dua pilihan, apakah akan kembali pada cara-cara lama atau berpindah pada sebuah paradigma baru, jika memilih yang kedua maka terjadilah apa yang disebut Kuhn “Revolusi Ilmiah Ketiga, Revolusi Ilmiah – Masa Normal – Masa Krisis Revolusi Ilmiah merupakan episode perkembangan non-komulatif, dimana paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya dengan paradigma baru yang bertentangan. Oleh karena itu menurut Kuhn perkembangan ilmu itu tidak secara komulatif atau evolusioner, tetapi secara revolusioner yakni membuang paradigma lama dan mengambil paradigma baru yang berlawanan. Paradigma baru tersebut dianggap dan diyakini lebih dapat memecahkan masalah untuk masa depan. Apabila paradigma baru dapat diterima dan dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu, maka ilmu tersebut akan menjadi ilmu normal yang baru, dan kemungkinan akan ditemukan anomali-anomali dan terjadi krisis baru begitu seterusnya. Menurutnya tidak ada paradigma yang sempurna dan terbebas dari kelainan-kelainan. Sehingga konsekuensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk mendobrak keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik, inilah fungsi revolusi.

E. Kritik terhadap Reduksionisme Sains Sejumlah ilmuwan muslm mengkritik adanya reduksionsme sains, karena salah satu prinsipnya bahwa alam semesta hanya direduksi menjadi fakta fakta fisik saja, padahal banyak fakta fakta non fisik lebih banyak dari fakta fisik. Prinsip ini dilatar belakangi oleh pemahaman ilmuwan barat bahwa sebuah pengetahuan bisa ilmiah manakala saintifik empiris, sehingga pemahaman seperti inilah mengurangi dan menghapus ilmu pengetahuan yang tidak mempunyai unsur empirisme. Sains barat juga mereduksi otoritas dan intuisi menjadi nalar dan pengalaman indrawi saja, meskipun otoritas dan intuisi, penalaran dan pengalaman selalu berasal dari seseorang yang menalari dan mengalami tapi ni tidak berarti otoritas dan intuisi dapat menjadi nalar dan pengalaman indrawi belaka. 

F. Sikap Ilmiah Sikap ilmiah merupakan cara pandang seseorang dalam berpikir menggunakan metode keilmuan, sehingga timbullah kecenderungan untuk menerima atau menolak cara berpikir orang lain dengan metode tersebut. Beberapa sikap yang harus dimiliki oleh para ilmuwan adalah sebagai berikut: 
1. Objektivitas, artinya seorang ilmuwan harus berpikir secara objektif ,murni dari harapan, keinginan serta dorongan dari dirinya serta bebas dari pengaruh ras, agama, kebudayaan, dan faktor polik. 
2. Sikaprelatif, artinya bagaimanapun ilmu itu bisa berkembang baik dari segi temapat atau waktu, karena sifat ilmu itu tidak mutlak. 
3. Sikapskeptif, artinya seorang ilmuwan harus ragu ragu terhadap sebuahide atau masalah yang belum kuat dasarnya atau yang sudah kuat dasarnya, sehingga seorang ilmuwan harus kritis terhadap sesuatu atau peristiwa dan tidak mudah mengaitkan dengan suatu paham atau politik tertentu.
4. Kesabaranintelektual, artinya seorang ilmuwan harus sabar dalam mengumumkan hasil penelitiannya dan tidak tergesa gesa. Surajiyo juga mengemukkan seorang ilmuwan harus memmilki karekater willingnes to suspend judgement bahwa seorang ilmuwan harus sabar dalam observasi dan bijak dalam menentukan bukti bukti yang dikumpulkan karena apa yang menjadi sebuah temuan masih tentatif. 
5. Kesederhanaan, artinya sederhana dalam cara berpikir, cara menyatakan, dan cara pembuktian. Bahasa yang digunakan harus jernih, jelas dan terang, tidak menggambarkan emosi ilmuwan yang akhirnya dapat meyebabkan hasil yang gagal. 
6. Tidak memihak pada etik, artinya hasil dari ilmu itu bergantung pada berhasil atau tidak berhasil, bukan pada sebuah penilaian etika atau religi. 
7. Curiosty artinya adanya rasa ingin tahu tentang bagaimana sesuatu itu, bagaimana sifatnya, fungsinya, dan bagaimana sesuatu dihubungkan dengan sesuatu yang lain.


EmoticonEmoticon

Headline